Teori Dasar Praktikum Pengujian Vector Group Trafo
Vector Group Transformator
Suatu transformator tiga fasa
memiliki dua sisi kumparan yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder. Pada
sisi kumparan primer diberikan tegangan sumber, baik yang mempunyai tegangan
tinggi maupun tegangan rendah. Menurut ASA (amerika Standards Association) terdapat
pemberian tanda untuk kumparan primer dinyatakan dengan huruf besar (H1, H2,
dan H3). Sedangkan pada sisi sekunder terdapat tegangan induksi, baik
bertegangan tinggi maupun tegangan rendah yang biasanya dinyatakan dengan huruf
kecil (x1, x2, dan x3). Polaritas suatu transformator sangat tergantung arah
belitan primer dan arah belitan sekunder. Langkah yang diperlukan untuk
menentukan polaritas, terminal sisi primer H1 diberi tanda (x) atau titik.
Hubungkan terminal H2 yang tidak ditandai dengan salah satu terminal tegangan rendah
x2 (sisi sekunder) sperti pada gambar 1. Ukur tegangan terminal H1 dan x1
dinyatakan beda tegangan dari kedua titik tersebut Vx. Bila tegangan Vx > V1
berarti polaritas penjumlahan, dimana terminal x2 arah belitannya sama dengan
arah belitan tegangan tinggi H1, maka diterminal x2 memiliki tanda yang sama
pda gambar 1a. Bila tegangan Vx < V1, maka polaritas pengurangan, dimana
terminal x2 berlawanan arah belitan tegangan tinggi H1, maka diterminal x2
mempunyai tanda yang berbeda pada gambar 1b.
Setelah diketahui polaritas setiap
belitan transformator tiga fasa disisi primer maupun sisi sekunder, barulah
dapat dilakukan hubungan sudut pergeseran fasa terhadap transformator tersebut.
Kesalahan menentukan polaritas transformator akan mengakibatkan terjadinya
hubungan singkat (short circuit) atau tidak seimbang line tegangan dan arus.
Untuk menentukan sudut pergeseran
antara kumparan primer dan kumparan sekunder (disebut juga menentukan jam
hubungan transformator) yang mempunyai beberapa persyaratan yaitu ;
1.
Transformator dalam hubungan
bintang (star) yang terdapat titik netral sebagai garis netral listrik.
2.
Arah vektor untuk sisi tegangan
sekunder dapat minus maupun plus.
3.
Arah vektor tiap fasa yang berbeda
120° listrik satu sama lainnya.
4.
Melukiskan arah setiap vektor
searah dengan perputaran jarum jam.
5.
Mengukur sudut pergeseran dan garis
netral tegangan tinggi (primer) ke garis netral tahanan stator R1 dapat
dihitung langsung dari hasil pengukuran dengan multimeter dan menggunakan
sumber arus searah. Pengukuran menggunakan sumber arus searah yang penting
menghitung hubungan dari belitan stator atau rotor dalam hubungan star (Y) dan
delta (Δ).
Hubungan Star (Y)
Hubungan delta (Δ)
Tahanan arus bolak balik adalah lebih besar dari pada tahanan
arus searah hal ini disebabkan adanya arus pusar, skin effect dan hysterisis.
Dengan demikian sebagai pendekatan faktor k terletak antara 1,15 sampai 1,35.
Untuk ini nilai yang paling mendekati ideal diambil k = 1,25.
Maka besar tahanan berdasarkan sumber arus bolak balik
diperoleh :
Dengan mengikuti persyaratan diatas dapat dilakukan hubungan
pergeseran fasa antara primer dan belitan sekunder dalam pengelompokkan sebagai
berikut :
1.
Pergeseran fasa = 0° (YY0, ΔΔ0 dan
ΔZ0)
2.
Pergeseran fasa = 180° (YY6, ΔΔ6
dan ΔZ6)
3.
Pergeseran fasa = -30° (ΔY1, ΔΔ1,
dan ΔZ1)
4.
Pergeseran fasa = +30° (ΔY11, YΔ11
dan YZ11)
Untuk menentukan sudut pergeseran fasa dari suatu
transformator sudut garis netral listrik antara belitan primer dan belitan
sekunder, sedangkan dalam hubngan star (Y) terdapat titik garis netral
listriknya. Pada hubungan delta (Δ) sebenarnya tidak ada titik netral listrik, tapi
dapat dimisalkan titik netral listrik ada dititik tengah delta.
Dalam menentukan sudut pergeseran fasa suatu transformator
tiga fasa adalah degan mengukur pergeseran fasa dari garis netral tegangan
rendah (sisi sekunder) ke garis netral tegangan tinggi (sisi primer), searah
dengan arah perputaran jarum jam, vektornya setelah H1 dan
x1 dihubungkan (diimpitikan). Transformator tiga fasa
hubungan star/star 0° (Y/Y0°), dapat dilihat pada gambar 2, sisi primer
tegangan fasa-fasa = V dan fasa-netral (net) = , sedangkan sisi sekunder fasa-fasa
=dan fasa-net =.
Untuk transformator tiga fasa hubungan delta/delta 0°
(Δ/Δ0°), dapat dilihat pada gambar 3, sisi primer tegangan fasa-fasa = V,
sedangkan sisi sekunder fasa-fasa =.
Konfigurasi Belitan Bintang
(Y)
Pada konfigurasi bintang, salah satu ujung belitan pada
ketiga fase akan terhubung dalam satu titik yang dapat ditanahkan (grounded)
atau tidak ditanahkan (ungrounded). Jika beban yang terhubung ke transformator
imbang, maka tidak aka nada pengaliran arus ke tanah dari titik netral. Secara
praktis, ada beberapa kemungkinan koneksi bintang, seperti terlihat pada gambar
4.
Konfigurasi Belitan Delta
(D)
Hubung delta dapat dibuat menjadi enam konfigurasi, tetapi
yang paling sering digunakan adalah D1 dan D11. Ke-empat hubung lainnya jarang
digunakan karena melibatkan rotasi phase. Jika terjadi gangguan ke tanah
(ground fault) pada sisi hubung delta pada suatu transformator, maka arus
gangguan tersebut kecil (bahkan bisa nol) karena tidak ada jalur pengaliran kembali
ke transformator. Gambar 5 memperlihatkan beberapa konfigurasi hubung delta.
Vector Group suatu
transformator
Dengan menggabungkan kedua hubung pada sisi primer dan
sekunder maka terbentuk suatu Vector group suatu transformator, yang dapat
dilihat pada nameplate yang tercantum. Vector group mengindikasikan perbedaan
fase antara sisi primer dan sekunder. Penentuan vector group sangat penting
sebelum dua atau lebih transformator di-paralel-kan. Jika dua transformator
dengan vector group berbeda terhubung paralel maka akan ada perbedaan fase
antara kedua sisi sekunder trafo dan menyebabkan mengalir arus sirkulasi antara
kedua tranformator yang dapat menghasilkan gangguan.
Gambar berikut memperlihatkan beberapa vector group suatu
transformator.
Berdasarkan data sheet transformator oleh “TERCO”, penentuan
jam suatu hubungan belitan primer – sekunder suatu transformator dapat ditentukan
dengan mengukur beberapa terminal tegangan. Selanjutnya mencocokkan dengan
tabel 1 di bawah ini.
Sebagai contoh:
1.
Vector Group Yy0
Berdasarkan gambar 14, maka bisa disimpulkan besar tegangan Tt < St
= Ts > Tt < RS dan ini
sesuai dengan tabel 1 no.12, sehingga hubungan ini adalah Yy0.. Terminal R dan
r di-jumper sebagai titik referensi.
2.
Vector Group Dy1
Berdasarkan gambar 15, maka bisa disimpulkan besar tegangan Tt <
St > Ts =Tt< RS dan ini sesuai dengan tabel 1 no. 2, sehingga hubungan
ini adalah Dy1.
3.
Vector Group Yy6
Comments
Post a Comment