Teori Dasar Praktikum Pengujian Karakteristik Solar Cell
Karakteristik Solar Cell
Solar Cell adalah salah satu jenis sensor cahaya
photovoltaic, yaitu sensor yang dapat mengubah intensitas cahaya menjadi
perubahan tegangan pada outputnya. Apabila “solar cell” menerima pancaran
cahaya maka pada kedua terminal outputnya akan keluar tegangan DC sebesar 0,5
volt hingga 0,5 volt. Dalam aplikasinya solar cell lebih sering digunakan
sebagai pembangkit listrik DC tenaga surya (matahari). Dalam skala kecil solar
cell sering kita jumpai sebagai sumber tegangan DC pada peralatan elektronika
seperti kalkulator atau jam.
Efek
sel photovoltaik terjadi akibat lepasnya elektron yang disebabkan adanya cahaya
yang mengenai logam. Logam-logam yang tergolong golongan 1 pada sistem periodik
unsur-unsur seperti Lithium, Natrium, Kalium, dan Cessium sangat mudah
melepaskan elektron valensinya. Selain karena reaksi redoks, elektron valensi
logam-logam tersebut juga mudah lepas oleh adanya cahaya yang mengenai
permukaan logam tersebut. Diantara logam-logam diatas Cessium adalah logam yang
paling mudah melepaskan elektronnya, sehingga lazim digunakan sebagai foto
detektor.
Tegangan
yang dihasilan oleh sensor foto voltaik adalah sebanding dengan frekuensi
gelombang cahaya (sesuai konstanta Plank E = h.f). Semakin kearah warna cahaya
biru, makin tinggi tegangan yang dihasilkan. Tingginya intensitas listrik akan
berpengaruh terhadap arus listrik. Bila foto voltaik diberi beban maka arus
listrik dapat dihasilkan adalah tergantung dari intensitas cahaya yang mengenai
permukaan semikonduktor.
Gambar 1 Proses Pembangkitan Tegangan Pada Solar Cell
1.
Jenis-Jenis Sel Surya
Dalam perkembangannya, sel surya semakin
banyak memanfaatkan silikon dan bahan semikonduktor yang bervariasi sebagai
bahan bakunya. Sel surya memiliki beberapa jenis, diantaranya adalah:
a.
Monocrystalline Silicon
Dari jenis panel surya yang pertama adalah
Monocrystalline Silicon. Panel surya tipe ini menggunakan material silikon
sebagai bahan utama penyusun sel surya. Material silikon ini diiris tipis
menggunakan teknologi khusus. Dengan digunakannya teknologi inilah, kepingan
sel surya yang dihasilkan akan identik satu sama lainnya dan juga memiliki
kinerja tinggi.
Tipe panel surya ini menggunakan sel surya jenis
crystalline tunggal yang memiliki efisiensi yang tinggi. Secara fisik, tipe
panel surya ini dapat dikenali dari warna sel hitam gelap dengan model
terpotong pada tiap sudutnya.
b.
Polycrystalline
Jenis
panel surya ini terbuat dari beberapa batang kristal silikon yang dicairkan,
setelah itu dituangkan dalam cetakan yang berbentuk persegi. Kristal silikon
dalam jenis panel surya ini tidak semurni pada sel surya monocrystalline. Jadi,
sel surya yang dihasilkan tidak identik antara satu sama lainnya. Efisiensinya
pun lebih rendah dari monocrystalline.
c.
Galium Arsenide (GaAs)
Gallium
arsenide ini merupakan sel surya pada unsur periodik III – V yang berbahan
semikonduktor. Sel surya ini sangat efisien dan efektif untuk menghasilkan
energi listrik sekitar 25%, dan sering diaplikasikan pada pembuatan
perangkatsepert i: microwave frequency integrated circuits, monolithic
microwave integrated circuits, infrared light emitting diodes, sel surya,
optical windows, dan dioda laser.
d.
Thin Film Solar Cell (TFSC)
Jenis-jenis
panel surya yang terakhir adalah thin film solar cell. Jenis panel surya ini
dibuat dengan cara menambahkan sel surya yang tipis ke dalam sebuah lapisan
dasar. Karena bentuk dari TFSC ini tipis, jadi panel surya ini sangat ringan
dan fleksibel. Ketebalan lapisannya bisa diukur mulai dari nanometers hingga micrometers.
2.
Cara
Kerja Panel Surya
Sel
surya konvensional bekerja menggunakan prinsip p-n junction, yaitu junction
antara semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Semikonduktor ini terdiri dari
ikatan-ikatan atom yang dimana terdapat elektron sebagai penyusun dasar. Semikonduktor tipe-n mempunyai kelebihan
elektron (muatan negatif) sedangkan
semikonduktor tipe-p mempunyai kelebihan hole (muatan positif) dalam struktur
atomnya. Kondisi kelebihan elektron dan
hole tersebut bisa terjadi dengan mendoping material dengan atom dopant.
Sebagai contoh untuk mendapatkan material silikon tipe-p, silikon didoping oleh
atom boron, sedangkan untuk mendapatkan material silikon tipe-n, silikon
didoping oleh atom fosfor. Ilustrasi dibawah menggambarkan junction semikonduktor
tipe-p dan tipe-n.
Gambar 2 Junction antara semikonduktor
tipe-p (kelebihan hole) dan tipe-n (kelebihan elektron)
Peran
dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik sehingga elektron
(dan hole) bisa diekstrak oleh material kontak untuk menghasilkan listrik.
Ketika semikonduktor tipe-p dan tipe-n terkontak, maka kelebihan elektron akan
bergerak dari semikonduktor tipe-n ke tipe-p sehingga membentuk kutub positif
pada semikonduktor tipe-n, dan sebaliknya kutub negatif pada semikonduktor tipe-p. Akibat dari aliran
elektron dan hole ini maka terbentuk medan listrik yang mana ketika cahaya matahari mengenai susuna p-n
junction ini maka akan mendorong elektron bergerak dari semikonduktor menuju
kontak negatif, yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai listrik, dan sebaliknya
hole bergerak menuju kontak positif menunggu elektron datang, seperti
diilustrasikan pada gambar dibawah.
Gambar 3 Ilustrasi cara kerja sel surya
dengan prinsip p-n junction.
Karakteristik Aeus
Tegangan Panel Surya
Sifat-sifat listrik
dari panel surya biasanya diwakili oleh karakteristik arus tegangannya, yang
mana disebut juga kurva I-V. Jika sebuah panel surya dihubung singkat (Vmp =
0), maka arus hubung singkat (Isc) mengalir. Pada keadaan rangkaian terbuka
(Imp = 0), maka tegangan panel disebut teganganterbuka (Voc). Daya yang
dihasilkan panel surya adalah sama dengan hasil kali arus dan tegangan yang
dihasilkan oleh panelsurya.
P = V x
I
Dengan :
P = Dayakeluaran panel (Watt)
V = Tegangankerja panel (Volt)
I = Aruskerja panel (Ampere)
Gambar
4 Kurva Arus-Tegangan Dari Sebuah Panel Surya
Apabila tegangan
kerja dari panel digerakkan dari 0 sampai dengan tegangan terbukaVoc, maka
keluaran daya panel surya pertama kali cenderung naik. Tetapi pada suatu
tegangan kerja tertentu, daya keluaran modul menuruns ecara drastis.Tegangan
kerja dan arus panel surya yang terjadi pada saat daya maksimum (Pmax) tercapai
berturut-turut dinyatakan sebagai Vm dan Im. Apabila pengukuran dilakukan pada
radiasi 1000 W/m2 dansuhu 25 oC, maka daya maksimum (Pmax) yang dihasilkan oleh
panel disebut pula sebagai daya puncak (peak power) suatu panel surya dan
dinyatakan sebagai P peak.
Pmax = Im x Vm
Dengan :
Pmax =
Daya maksimum keluaran panel (Watt)
Vm =
Tegangan kerja panel pada daya maksimum (Volt)
Im =
Arus kerja panel pada daya maksimum (Ampere)
Catatan : Pada kondisi penyinaran 1000W/m2
dan temperatur 25°C, maka Pmax = Ppeak
Kualitas fabrikasi panel surya dapat dilihat
dari besaran suatu faktor yang disebut sebagai fill-factor. Pada gambar 5, daya puncak suatu panel surya dapat
dibayangkan sebagai luasan hasil kali Im dan Vm. Sedangan daya maksimum ideal
dari suatu panel surya adalah luasan dari hasil kali ISC dan VOC. Fill-factor daris uatu panel surya
didefinisikan menurut persamaan berikut :
Gambar 5 Fill-factor
Sebagaimana
disebutkan diatas, arus dari panel bergantung antara lain pada tingkat radiasi
dan temperatur. Gambar 6 menunjukkan hubungan kurva I-V dari sebuah panel surya
pada berbagai macam tingkat radiasi. Kurva-kurva I-V pada berbagai macam
temperature sel ditunjukkan pada gambar 7.
Gambar 6 Kurva I-V Sebaga
iFungsi Radiasi Matahari
Gambar 7 Kurva I-V Sebagai
Fungsi Temperatur Sel
Faktor
Pengoperasian Sel Surya
Pada pengoperasian
sel surya pastinya terdapat komponen yang menjadi faktor X agar sel surya dapat
beroperasi secara maksimal, faktor X tersebut adalah
1. Ambien
Air Temperature Sel surya dapat beroperasi secara maksimal jika temperatur sel
tetap normal pada 25 derajat celsius. Kenaikan temperatur lebih tinggi dari
temperatur normal pada sel surya akan melemahkan tegangan Voc.
2. Radiasi
Matahari Radiasi matahari di bumi pada lokasi yang berbeda akan bervariabel dan
sangat tergantung dengan keadaan spektrum matahari ke bumi. Insolasion matahari
akan banyak berpengaruh terhadap arus (I) dan sedikit terhadap tegangan (V).
3. Atmosfir
Bumi Keadaan atmosfir bumi yang berawan, mendung, jenis partikel debu udara,
asap, uap air udara, kabut dan polusi sangat berpengaruh untuk menentukan hasil
maksimal arus listrik dari sel surya.
4. Tiupan
Angin Kecepatan tiupan angin disekitar lokasi sel surya sangat membantu
terhadap pendinginan temperatur permukaan sel surya sehingga temperatur dapat
terjaga dikisaran 25 derajat celsius.
5. Orientasi
Panel Orientasi dari rangkaian panel ke arah matahari secara optimal memiliki
efek yang sangat besar untuk menghasilkan energi yang maksimum. Selain arah
orientasi sudut, orientasi (tiltengle) dari panel juga sangat mempengaruhi
hasil energi yang maksimum. Untuk lokasi yang terletak di belahan utara
latitude, maka panel sebaiknya diorientasikan ke selatan. Begitu juga yang
letaknya di belahan selatan latitude, maka panel sebaiknya diorientasikan ke
utara. Ketika panel diorientasikan ke barat atau ke timur sebenarnya akan tetap
menghasilkan energi, namun energi yang dihasilkan tidak akan maksimal.
6. Posisi letak sel surya terhadap matahari
mempertahankan sinar matahari jatuh ke sebuah permukaan modul surya secara
tegak lurus akan memperoleh energi
maksimum ± 1000 w/m2 atau 1 kw/m2. Untuk mempertahankan tegak lurusnya sinar
matahari terhadap panel surya dibutuhkan pengaturan posisi modul surya, karena
sun altitude akan berubah setiap jam dalam sehari.
Comments
Post a Comment